Bangsa yang makmur sejahtera dan penuh dengan kedamaian menjadi dambaan seluruh masyarakat Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri, semua itu tidak akan dapat terwujud dengan mudah. Terciptanya perdamaian dan kemakmuran bangsa tidak bisa dilepaskan dari masyarakat yang berbudaya dan bermoralitas, dan bersifat transformatif. Budaya dan moral, kedua itu sangat penting untuk menopang tegaknya bangsa dan negara. Suatu negara tidak hanya memerlukan pemerintahan yang baik, tetapi juga masyarakat yang berbudaya dan bermoral
Saat ini Indonesia sedang menghadapi persoalan yang amat rumit. Berupa adanya gejala semakin merosotnya praktik nilai-nilai moralitas dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perubahan itu menyangkut seluruh segi kehidupan masyarakat. Di antaranya bidang sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan, yang menyangkut perubahan strukturil dan perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam hubungan antar manusia. Kehancuran moralitas kita banyak dipengaruhi oleh moralitas bangsa luar yang tidak sesuai dengan moralitas yang kita miliki. Salah satunya, kapitalisme. Semuanya berorientasi pada kepentingan individu. Sadar atau tidak, sekarang kita terjajah lagi, meskipun tidak tampak secara langsung. Penjajahan ini berupa penjahaan ideologi dan ekonomi. Penjajahan ideologi berdampak pada cara pandang kita. Sementara penjajahan ekonomi berdampak pada finansial.
Bangsa kita terjebak oleh arus kapitalis. Masyarakat kita kembali diingatkan pada torehan pena pujangga Ronggowarsito, “Yen ora melu edan, ora keduman (jika tak ikut gila, tak kebagian).” Serakah, itulah gambaran bangsa kita sebenarnya. Jatuhnya moralitas bangsa ini memang tak seheboh terpuruknya pasar finansial global. Namun, perlahan tapi pasti, bangsa ini akan terbawa gaya gravitasi alias menukik. Kita dengan mudah terlalap iklan. Gaya hidup konsumerisme dan hedonisme nyaris tak terlepaskan dari masyarakat kita. Kita terkungkung pada kemasan, tanpa mengindahkan substansi isi. Beli karena keinginan, bukan kebutuhan, itulah bangsa ini.
Orang kita mengaku pintar, tapi mudah diperalat orang asing. Bangsa ini mengaku kaya, tapi kekayaan melimpah itu tidak dinikmati oleh warganya. Kekayaan alam Indonsesia sangat potensial untuk dikelola dan dimanfaatkan agar tak ada lagi rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kebodohan diperangi dengan program pendidikan bagi semua kalangan baik secara formal maupun informal. Kebobrokan moral harus diberantas agar individu-individu terhindar dari perilaku yang merugikan diri, orang lain, dan masyarakat.